Selasa, 12 Agustus 2014

Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Siti Nurbaya

Kali ini saya memposting tentang Unsur Intirinsik dan Sinopsis Novel Siti Nurbaya. Mungkin bagi anda yang mempunyai tugas menyampaikan/mencari unsur intirinsik dan sinopsis dari sebuah novel akan sangat berguna bagi anda.
Silahkan anda lihat dibawah ini .
Sinopsis.
Dua orang anak muda tampak bernaung di bawah pohon sekitar pukul satu siang. Mereka adalah Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Anak laki-laki yang sering dipanggil Sam oleh teman-temannya adalah anak Sutan Mahmud Syah, Penghulu di Padang dan temannya yang dipanggil Nur adalah anak Baginda Sulaiman, seorang saudagar kaya di Padang. Mereka berteman sudah sejak lama. Mereka selalu bersama-sama. Hingga suatu hari, Samsulbahri harus berangkat ke Jakarta untuk melanjukan sekolahnya. Sebelum berangkat Samsulbahri menyatakan cintanya pada Sitti Nurbaya. Dan ternyata perasaan itu terbalas. Sungguh berat rasanya bagi mereka karena harus berpisah. Besoknya Samsulbahri dan teman-temannya, Arifin dan Bakhtiar berangkat untuk melanjutkan sekolah ke Sekolah Dokter Jawa dan Sekolah Opseter di Jakarta. Sudah tiga bulan sejak kepergian Samsulbahri. Nurbaya termenung ketika seorang Pak Pos memberikan surat dari Samsulbahri. Setelah selesai membaca surat, dia tertidur. Kira-kira pukul dua malam dia terbangun karena 3 buah tokonya terbakar. Sutan Mahmud curiga bahwa toko itu sengaja dibakar tapi dia tidak tahu siapa pelakunya karena sepertinya Baginda Sulaiman tidak punya musuh. Belum cukup musibah itu, 5 perahu yang mengangkut kapal miliknya tenggelam. Sehingga ayahnya meminjam uang kepada Datuk Maringgih. Tetapi dalam 3 bulan ia selalu rugi. Pohon kelapanya pun berbusuk dan tidak berbuah lagi. Bila dia tidak bisa melunasinya maka dia akan di penjara dan disita rumahnya. Karena tak tega pada ayahnya, Sitti pun akhirnya menikah dengan Datuk Maringgih. Saat bulan Ramadhan, Samsu pulang dan menemui Sitti. Mereka berdua pun bercakap-cakap dan tanpa sengaja terbawa perasaan karena lama tak bertemu. Mereka berpelukan dan berciuman dan tanpa sengaja dilihat oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih marah karena mereka bertemu diam-diam. Terjadilah keributan. Baginda Sulaiman buru-buru keluar dari biliknya dan ketika dia menurubi tangga, jatuhlah ia terguling-guling dan akhirnya meninggal. Sitti marah dan mengusir Datuk Maringgih dari rumahnya. Ayahnya pun dikuburkan di Gunung Padang. Sementara itu ayah Samsu mengusir Samsu dari rumahnya. Ibunya menangis dan akhirnya jatuh sakit. Pada saat itu juga Sitti dan Datuk Maringgih bercerai. Sitti pun tinggal di rumah sepupunya, Sitti Alimah. Sitti hanya termenung memikirkan kepergian Samsulbahri, Alimah yang melihat Sitti sedang termenung berusaha menghiburnya. Dan Alimah menyarankan untuk menyusul Samsu ke Jakarta. Sitti menyetujuinya dan akan berangkat Sabtu depan. Sitti merasa lega dan terlelap tidur besama Alimah. Kemudian Sabtu depan Nurbaya dan Pak Ali menaiki kapal dan akan segera berangkat ke Jakarta. Mereka tidak menyadari dua orang laki-laki mengikuti mereka. Mereka adalah Panglima Tiga dan Panglima Lima.. Panglima Tiga kembali ke Padang untuk memberitahukan Datuk Maringgih. Sedangkan Panglima Lima masih mengikuti Sitti Nurbaya. Di kapal tiba-tiba ada badai, Sitti pun duduk di kursi. Tiba-tiba Panglima Lima muncul dan hendak melempar Sitti ke laut. Tapi Sitti duluan minta tolong dan Pak Ali pun segera menolongnya. Mendengar banyak orang yang datang, Sitti Nurbaya pun disuruh beristirahat di kamar sakit. Saat kapal tiba, Samsu segera menuju kamar sakit dan menjenguk Sitti. Tiba-tiba datang schout memeriksa dan menyerahkan surat pada Samsu yang ternyata berasal dari Datuk Maringgih yang isinya menuduh Sitti mengambil barang-barang milik Datuk Maringgih. Ketika tidak ditemukan apa-apa mereka pun keluar dari kapal itu. Pada suatu ketika, tampak Sitti Nurbaya dan Sitti Alimah sedang becakap-cakap. Ketika mereka sedang bercakap-cakap didengarlah suara tukang jualan kue. Sitti membeli 4 buah lemang. Ketika dia memakannya dia pun tertidur. Setelah diperiksa, ternyata dia sudah tidak bernapas lagi. Ternyata yang menjual kue itu adalah Pendekar Empat, anak buah Datuk Maringgih. Ibu Samsu yang sakit keras di kampung sebelah pun tiba-tiba berpulang. Makam kedua jenazah ini dikuburkan dekat makam Baginda Sulaiman. Samsu yang mendengar kabar ini merasa sedih dan terpukul. Dia pun menembakkan pistol ke kepalanya hingga berlumuran darah. Sepuluh tahun kemudian tampak dua orang opsir berjalan. Salah satunya adalah Letnan Mas yang gagah berani di medan perang sehingga tanda bintang pun menghiasinya. Suatu hari dia ditugaskan ke Padang untuk memungut uang belasting. Karena masyarakat disana tak setuju dengan peraturan itu, terjadilah kerusuhan. Tampak Datuk Maringgih ikut menyerang. Letnan Mas pun segera menyerangnya. Setelah diamati, ternyata Letnan Mas adalah Samsulbahri. Betapa terkejutnya dia, tetapi peperangan tetap berlangsung. Hingga pistol Samsu mengenai Datuk Maringgih dan parang Datuk Maringgih mengenai Samsu. Terkaparlah mereka berdua. Letnan Mas segera dibawa ke dokter. Disana dia meminta untuk bertemu dengan Sutan Mahmud. Setelah itu, dia pun meninggal. Beberapa tahun kemudian Sutan Mahmud pun meninggal. Di Gunung Padang tampak 5 buah nisan berjejer. Dimana itu adalah makam dari Baginda Sulaiman, Sitti Nurbaya, Samsulbahri, Sitti Maryam, dan Sutan Mahmud. THE END
A. Tokoh  dan Penokohan
1.            Samsul Bahri
Ia sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis) dan merupakan Anak Sultan Mahmud Syah (penghulu di Padang), wataknya:
·      Orangnya pandai
“……Oleh sebab ia seorang anak yang pandai..”
·      Tingkah lakuya sopan dan santun
“…Ia bukannya seorang anak yang pandai saja,tingkah lakunya pun baik tertib,sopan santun,serta halus budinya
·       Halus budinya.
“…Ia bukannya seorang anak yang pandai saja,tingkah lakunya pun baik tertib,sopan santun,serta halus budinya…”
·      Pemberani
“…Tidaklah ia takut menguji kekuatan dan keberaniannya dengan siapa saja…”
·      Dapat dipercaya
“…Lagi pula ia lurus hati dan boleh dipercaya”)

     2.    Siti Nurbaya
Ia sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis) dan merupakan Anak Baginda Sulaeman (saudagar kaya di Padang), wataknya:  
                  
·      Baik
“..Ah,jangan sam. Kasihanilah orangtua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahun-tahun…"
·      Tertib dan sopan
“….Anak ini pun seorang gadis,yang dapat dikatakan tidak bercacat,karena bukan rupanya saja yang cantik tetapi kelakuan dan adatnya, tertib dan sopannya, sertakebaikan hatinya,tiadalah kurang daripada kecantikan parasnya..”
·      Cerdik dan pandai
“…Oleh sebab ia anak seorang yang kaya dan karena ia cerdik dan pandai

     3.    Datuk Maringgih
Ia sebagai pelaku utama (Tokoh Antagonis) dan merupakan Laki-laki yang berwatakaku utama (Tokoh Antagonis) dan merupakan Laki-laki yang berwatak:
·         Kikir
“..,ia amat sangat kikir…”
·         Kasar dan Bengis
“..,adat dan kelakuanya kasar dan bengis,..”

     4.    Sultan Mahmud Syah
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis) dan merupakan Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak:

·         Pandai berterima kasih
“…Hamba banyak meminta terima kasih kepada Engku Datuk, sebab percaya  pada hamba;tetapi utang harus ada….”
·         Baik
(“..tingkah lakunya pun baik;penyayang kepada anak buahnya,serta adil dan lurus dalam pekerjaanya…”
·         Adil
“..tingkah lakunya pun baik;penyayang kepada anak buahnya,serta adil dan lurus dalam pekerjaanya…”
·         Jujur
“..tingkah lakunya pun baik;penyayang kepada anak buahnya,serta adil dan lurus dalam pekerjaanya…”
·         Penyayang
“..tingkah lakunya pun baik;penyayang kepada anak buahnya,serta adil dan lurus dalam pekerjaanya…”

5.    Siti Maryam
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.

6.    Baginda Sulaeman
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana,sopan, ramah, adil, penyayang.

7.    Zainularifin
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), Ia temannya Samsul Bahri yang berwatak:

·         Suka tidur
“Sebab aku memang seorang yang suka tidur,..”
·         Suka mengolok-olok
“Memang kau tukang olok-olok; patut jadi alan-alan,” jawab Nurbaya sambil tertawa pula.”
·         Jahil
“..,sebab ia dapat pula mengganggu sahabatnya ini.”

8.    Bakhtiar
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak:
·         Suka makan
“Kalau aku,barang kali ku makan buah itu,” kata Bakhtiar mencampuri perbincangan ini.”
(Halaman ke-39;Paragraf ke-7;Baris ke-1)
·         Suka mencampuri urusan orang
“Kalau aku,barang kali ku makan buah itu,” kata Bakhtiar mencampuri perbincangan ini.”

9.    Alimah
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), saudaranya Siti Nurbaya, yang bewatak lemah lembut, santun setiakawan, bijaksana.

10. Pak Ali
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis) wataknya:
·         Baik
“Pada air mukanya, nyata kelihatan, bahwa ia seorang yang lurus hati dan baik budi, walaupun ia tiada remaja lagi.”
·         Jujur

11. Pendekar Tiga
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)


12. Pendekar Empat
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)

13. Pendekar Lima
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)

14. Dokter
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis)

15. Putri Rubiah
Ia sebagai pelaku tambahan (Tokoh protagonis) adalah ibu dari Rokiah wataknya:
Ø  Dengki
“..,terbayang tabiatnya yang kurang baik,yaitu dengki dan bengis.”
Ø  Bengis

B. Latar
Latar atau Seting ini terdiri atas tiga bagian yaitu :

1.    Latar Waktu
·         Pukul satu siang
“…..pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda…”
·         Setengah dua
“….sudah setengah dua…”
·         Pukul setengah tujuh
“….kira kira pukul setengah tujuh, petang berebut senja…”

·         Petang
“…petang berebut senja…”
·         Senja
“…petang berebut senja…”
·         Siang
“…siang hampir akan hilang,…”
·         Malam
“….malam akan hampir datang..”
·         Dua belas jam
“….yang dua belas jam menjadi….”
·         Pukul dua malam
“….karena hari telah pukul dua malam, bertambah pilu….”
·         Saptu
“.. hari saptu yang akan datang…”
·         Sepuluh tahun
“..sepuluh tahun lamanya aku menanggung…..”
·         Siang hari
“….kaum muslimin boleh makan siang hari dipuas-puaskan….”
·         Lima belas tahun
“…dihukum buang dalam rantai lima belas tahun lamanya…”
·         Pukul sepuluh
“..kira kira pukul sepuluh, cuaca yang terang itu ….”

2.    Latar Tempat
·         Bawah pohon ketapang
“…..dibawah pohon ketapang yang rindang…”
·         Muka sekolah Belanda Pasar Ambacang
“….dimuka sekolah Belanda Pasar Ambacang, di Padang …..”
·         Padang
“….sekolah Belanda Pasar Ambacang, di Padang, seolah olah …..”
·         Pasar Kampung Jawa
“…menuju ke Pasar Kampung Jawa. …
·         Jalan
“.. kecelakaan di tengan jalan. Kasihan..”
·         Rumah
“….pulang ke rumah ; barang….”
·         Kampung Jawa Dalam
“… pulang ke rumahnya di Kampung Jawa Dalam….”
·         Gunung Padang
“…..akan pergi esok hari ke Gunung Padang….”
·         Pekarangan Rumah si Sam
“….masuk ke dalam pekarangan rumah si Sam yang letaknya….”
·         Bawah pohon kayu
“… Di bawah pohon kayu, kedengaran kumbang….”
·         Puncak Gunung
“.. dari puncak gunung yang tinggi, perlahan….’
·         Tepi Laut
“… di tepi laut kota Padang….”
·         Dahan Kayu
“…dan bersuitlah burung di dahan kayu alamat hari akan siang….”
·         Kampung belantung
“… dirumah saudara sepupunya Sitti Alimah, di kampung Belantung..”
·         Tempat tidur
“…dan memimpinnya ke tempat tidurnya..”
·         Kubur
“…selamat mereka di dalam kubur! ….”
·         Jakarta
“…ia mau membawa engkau ke Jakarta….”
·         Pelabuhan Teluk Bayur
“… Letnan Mas ke Pelabuhan Teluk Bayur, turunlah..”
·         Muara
“…berangkat menuju ke Muara….”

·         Batang Arau
“……Di Batang Arau  kelihatan berpuluhg-puluh sampan…”
·         Rumah Orang tua
“…lalu pulang tergesa gesa ke rumah orang tuanya…”

·         Bilik
“..masuklah ia ke dalam biliknya..”
·         Langgar dan mesjid
“….kedengaranlah orang bang dilanggar dan mesjid…..”
·         Sumatra Barat
“….yang asalanya dari Sumatra Barat….”
·         Tengah lautan
“…karena kapal waktu itu jauh di tengah lautan ….”
·         Sawah Lunto
“……lamanya ke Sawah Lunto…”
·         Serambi muka
“…lalu pergi duduk di serambi muka, karena kalah…”
·         Rumah Baginda Sulaiman
“….pergi ke rumah Baginda Sulaiman….”
·         Pekarangan rumah
“…masuklah mereka ke pekarangan rumah ini…”
·         Pelimbahan
“….sebagai melemparkan sampah ke pelimbahan…”
·         Indonesia
“…. Di Indonesia ini pada sangkaku…”
·         Alang Lawas
“…pergi kerumah saudaranya di Awang Lawas ….”
·         Padang Panjang
“….berangkatlah ia tiga hari kemudian ke Padang Panjang, ke rumah…”
·         Sekolah
“…kalau tiada di sekolah?...”
·         Payakumbuh
“…Di Payakumbuh, jawab..”
·         Jalan Raya
“…siang malam di jalan raya penuh orang…”
·         Bogor
“….Tetapi istana yang sebenarnya ada di Bogor, karena hawa..”
·         Tanjung Periuk
“..walaupun tak ada ia di Tanjung Periuk, tak mengapa…”
·         Kapal
“…di kapal itulah saja kehidupan…”
·         Kantor Asisten Residen
“…. pergi ke kantor Asisten Residen, menanyakan…”

3.    Latar Suasana
·         Sunyi senyap
“…seperti tempat yang sunyi senyap yang ….”
·         Ramai
“….Kota yang ramai tadi menjadi….”

C. Alur (Plot)
Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
Mulai melukiskan keadaan (situation):
Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa, ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya.
Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses):
Datuk Maringgih mulai culas. Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak mampu agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih untuk di jadikan sebagai istri mudanya.)

Keadaan mulai memuncak (rising action):
Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgihtua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya dan itu menjadi surat terakhir yang dikirim oleh Siti Nurbaya.)

Mencapai titik puncak (klimaks)
Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)


Pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement)
Setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya dan ahkirnya ia pun dikuburkan disamping makam ibunya dan siti nurbaya.)
D. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita.  Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
E. Gaya Bahasa
1.    Asosiasi
Asosiasi adalah perbandingan dua hal yang hakikatnya berbeda tapi di anggap sama. Majas ini di tanda dengan : bagai, bagaikan, seumpama, seperti.
Contoh: Bagai ayam hilang induknya, bagai melihat anjing yang mencuri tulang
     
2.    Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yagn diungkapkan secara singkat dan padat.
Contoh: Sekarang bolehkah kita berkecil hati ?



3.    Personifikasi
Personifikasi  adalah majas  perbandingan yang membandingkan benda-nema tidak beryawa seolah-olah memiliki sfat-sifat manusia.
Contoh: Menyambut kedatangan cahaya matahari

4.    Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya penagaruh.
Contoh: Perubahan mukanya mukanya yang menjadi kaca hatinya.

5.    Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskn arti suatu kata.
Contoh: Di timpa embun pagi.
F. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.

G. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.

Amanat yang terkandung dalam Novel:
·         Rela berkorban demi orang tua.
·         Cinta yang murni tak akan hilang sampai mati.
·         Lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
·         Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana
·         kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.

1 komentar: